EVALUASI TUGAS MANDIRI 01, 02, DAN 03

Nama : Eztefania Dorantez (AE45)


Berdasarkan Tugas Mandiri 01 (Studi Kelayakan Usaha)

1. Analisis Integratif

Dalam studi kelayakan usaha, tiga aspek utama yaitu pasar, teknis, dan finansial saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Analisis pasar memberi gambaran tentang peluang dan kebutuhan konsumen, yang nantinya jadi dasar dalam menentukan aspek teknis dan finansial.

Contohnya pada DMSTORE 1119, hasil analisis pasar menunjukkan minat tinggi terhadap joran custom dan aksesoris memancing, baik dari pelanggan lokal maupun luar daerah. Hal ini memengaruhi aspek teknis, seperti jenis bahan yang dipakai, kapasitas produksi, dan jumlah tenaga kerja. Dari sisi finansial, meningkatnya permintaan juga berarti butuh tambahan modal untuk bahan baku dan biaya operasional, tapi peluang keuntungannya juga ikut naik. Jadi, keputusan dalam satu aspek akan berdampak langsung pada dua aspek lainnya.

2. Business Model Canvas

Segmen Pelanggan

Proporsi Nilai

Saluran

Hubungan Pelanggan

Aliran Pendapatan

Sumber Daya Utama

Kegiatan Utama

Mitra Utama

Struktur Biaya

Pemancing lokal, komunitas memancing, toko peralatan memancing luar kota, serta pelanggan luar negeri.

Menyediakan joran custom berkualitas tinggi dan aksesoris memancing dengan desain yang sesuai kebutuhan pelanggan; mendukung ekonomi lokal dan pelayanan cepat.

Penjualan langsung di toko, media sosial, marketplace (Shopee, Tokopedia), serta layanan pengiriman via ojek online dan ekspedisi

Pelayanan ramah dan personal, komunikasi aktif dengan pelanggan, pemberian sponsor di acara komunitas untuk membangun hubungan baik.

Penjualan joran custom, aksesoris memancing, dan jasa perakitan.

Tenaga kerja terampil, bahan baku berkualitas, alat produksi, jaringan distribusi, serta reputasi bisnis

Produksi dan perakitan joran custom, pemasaran online, pengiriman produk, serta kolaborasi dengan komunitas.

Produsen bahan baku, ekspedisi, ojek online, dan komunitas pemancing lokal.

Biaya bahan baku, upah tenaga kerja, biaya promosi online, pengiriman, dan perawatan alat produksi.

Berdasarkan Tugas Mandiri 02 (Evaluasi Peluang Bisnis)

3. metodologi Penelitian

Strategi untuk menjaga validitas dan reliabilitas data dalam penelitian lapangan yang digunakan untuk mengeveluasi peluang bisnis bisa dilakukan dengan beberapa cara.

·      Validitas: Data bisa dibuat lebih akurat dengan memakai berbagai teknik pengumpulan, seperti survei, wawancara, dan observasi, supaya hasilnya benar-benar mewakili kondisi yan sebenarnya. Selain itu, alat atau instrumen penelitian juga sebaiknya diuji coba terlebih dahulu dengan melakukan pre-test agar pertanyaannya jelas dan sesuai konteks

·       Reliabilitas: Konsistensi data dijaga dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sama untuk responden yang memiliki karakteristik mirip. Wawancara juga sebaiknya dilakukan oleh peneliti yang sudah berpengalaman agar hasilnya tidak terlalu bervariasi.

·       Mengatasi bias: Dalam penelitian kualitatif, bias bisa muncul karena pengaruh peneliti terhadap responden atau cara pandang peneliti sendiri. Untuk mengatasinya, bisa digunakan teknik trigulasi, baik sumber maupun metode. Sedangkan pada penelitian kuantitatif, bias dapat dimainkan dengan mengambil sampel secara acak dan menghindari pertanyaan yang mengarahkan responden.

·      Terakhir, penting bagi peneliti untuk tetap bersikap netral dan objektif selama mengumpulkan dan menganalisis data, supaya hasil evaluasi peluang bisnis yang didapat bsia dipercaya dan menggambarkan kondisi sebenarnya.

4. Trigulasi Data

Trigulasi data sangat penting dalam peluang bisnis karena:

·         Membantu memastikan bahwa data yang dikumpulkan lebih lengkap dan akurat dengan cara membandingkan informasi dari berbagai sumber dan metode.

·         Dapat mengurangi risiko salah tafsir atau bias yang mungkin muncul jika penelitian hanya mengandalkan datu jenis data saja.

Sebagai contoh dalam bisnis ritel:

·      Survei bisa memberikan gambaran angka atau data kuantitatif tentang apa yang disukai pelanggan, seperti jenis produk yang diminati dan kisaran harga yang dianggap sesuai.

·       Wawancara mendalam dengan pelanggan maupun penjual bisa memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang alasan, hambatan, dan motivasi di balik keputusan mereka dalam memilih produk.

·       Observasi lapangan menunjukan bagaimana perilaku konsumen sebenarnya ketika berbelanja, misalnya apa yang membuat mereka tertarik atau memperhatikan suatu produk di toko.

Dengan menggabungkan ketiga jenis data tersebut, hasil analisis peluang bisnis akan menjadi lebih kuat dan mampu menggambarkan kebutuhan pasar dengan lebih akurat.

5. Analisis PESTEL Faktor Environmental (Lingkungan)

Dalam industri fashion berkelanjutan, faktor lingkungan punya pengaruh besar dan bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha.

·       Peluang: meningkatnya kesadaran masyarakat dunia terhadap pentingnya menjaga lingkungan membuat permintaan terhadap produk fashion ramah lingkungan semakin tinggi. Produk yang memakai bahan daur ulang, organik, atau diproduksi dengan cara minim emisi menjadi pilihan banyak konsumen. Misalnya, penggunaan kain yang dibuat dari limbah plastik bisa menarik minat pembeli yang peduli lingkungan sekaligus memperkuat citra positif sebuah merek.


·        Ancaman: di sisi lain bahan yang ramah lingkungan umumnya memiliki harga dan biaya produksi yang lebih mahal, serta ketersediaannya masih terbatas. Kalau tidak diatur dengan baik, hal ini bisa membuat harga jual produk naik dan membuat bisnis sulit bersaing di pasar yang sensitif terhadap harga. Selain itu, adanya aturan lingkungan yang ketat juga dapat menjadi hambatan bagi bisnis kecil yang belum siap memenuhi standar tersebut, karena bisa berisiko terkena denda atau pembatasan kegiatan produksi.

Oleh karena itu, pelaku usaha fashion berkelanjutan perlu terus berinovasi agar bisa memanfaatkan peluang dari tren ramah lingkungan, sambil tetap mengurangi risiko yang mungkin muncul di dalam proses bisnisnya.

Berdasarkan Tugas Mandiri 03 (Perencanaan Bisnis)

8. Strategi Berkelanjutan

Dalam konsep sustainable entrepreneurship, ide “Smart Vending Machine Produk Mahasiswa” mengintegrasikan prinsip triple bottom line people, planet, profit agar bisnis tidak hanya fokus pada keuntungan, tapi juga memberi dampak sosial dan lingkungan yang positif. 

1. People (Manusia):

Bisnis ini mendukung mahasiswa wirausaha dengan menyediakan wadah untuk menjual produk mereka. Selain itu, memudahkan mahasiswa lain mendapatkan makanan/minuman dengan cepat tanpa harus turun ke kantin.

Metrik: jumlah mahasiswa yang ikut menitipkan produk, tingkat kepuasan pengguna vending machine (survei bulanan), dan tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaan. 

2. Planet (Lingkungan):

Vending machine menggunakan sistem hemat energi dan bisa dikombinasikan dengan tenaga surya. Selain itu, kemasan produk diusahakan ramah lingkungan dengan mendorong penggunaan bahan daur ulang.

Metrik: konsumsi listrik per bulan, jumlah produk dengan kemasan ramah lingkungan, dan volume sampah plastik yang berkurang di area kampus.

 3. Profit (Keuntungan):

Keuntungan diperoleh dari penjualan produk dan komisi kerja sama dengan mahasiswa wirausaha, tanpa membebani biaya tinggi. Dengan sistem bagi hasil, bisnis tetap berkelanjutan secara finansial.

Metrik: laba bersih bulanan, tingkat penjualan per mesin, dan waktu balik modal (ROI dalam 6–8 bulan). 

Dengan cara ini, bisnis bisa tetap menguntungkan tanpa mengorbankan nilai sosial dan lingkungan yang menjadi bagian dari kampus berkelanjutan.

7. Manajamen Risiko

Walau ide ini bukan ed-tech, tapi jika dikaitkan dengan startup di bidang teknologi pendidikan ada tiga risiko utama yang mirip secara karakter: 

a. Risiko Teknologi:

Sistem vending atau aplikasi digital bisa mengalami gangguan teknis.

Mitigasi: melakukan maintenance rutin dan menyiapkan tim IT kampus yang siap tanggap.

Toleransi risiko: sedang bisa diterima selama tidak mengganggu lebih dari 10% transaksi bulanan. 

b. Risiko Operasional:

Pengelolaan stok dan produk bisa tidak stabil karena bergantung pada mahasiswa wirausaha.

Mitigasi: menerapkan sistem pencatatan digital dan jadwal pengisian ulang yang jelas.

Toleransi risiko sedang bisa ditoleransi selama penjualan tidak turun lebih dari 15%. 

c. Risiko Pasar:

Minat pengguna bisa menurun jika produk kurang menarik atau harga tidak sesuai.

Mitigasi: melakukan survei rutin dan memberi ruang inovasi produk baru dari mahasiswa.

Toleransi risiko: rendah jika minat turun lebih dari 20%, perlu evaluasi cepat dan revisi strategi pemasaran.


8. Validasi Ide ke Eksekusi

Transformasi ide menjadi rencana eksekusi dilakukan melalui beberapa tahap yang terinspirasi dari tiga tugas mandiri sebelumnya:

a. Tahap Ideasi: mengamati masalah di kampus seperti akses makanan sulit dan sampah plastik menumpuk.

b. Tahap Validasi: melakukan wawancara dan observasi langsung ke mahasiswa untuk memastikan masalah itu nyata dan membutuhkan solusi.

c. Tahap Eksekusi: menyusun rencana bisnis konkret berupa “Smart Vending Machine Produk Mahasiswa.”

 

Dalam proses ini, prioritas sumber daya dilakukan berdasarkan kebutuhan tahap:

- Tahap awal fokus pada sumber daya manusia dan ide kreatif,

- Tahap tengah fokus pada peralatan dan teknologi,

- Tahap akhir fokus pada pendanaan dan operasional.

 Dengan begitu, setiap tahap dikembangkan secara bertahap tanpa membuang sumber daya secara berlebihan.


9. Metrik Kesuksesan

Selain metrik finansial seperti omzet dan keuntungan, ada juga metrik non-finansial yang penting untuk menilai keberhasilan bisnis:

a. Kepuasan Pengguna: diukur dari survei atau rating penggunaan vending machine.

b. Partisipasi Mahasiswa Wirausaha: jumlah mahasiswa yang menitipkan produk di mesin.

c. Dampak Lingkungan: pengurangan sampah plastik di area kampus setelah program berjalan.

d. Citra dan Reputasi Kampus: peningkatan citra “kampus kreatif dan berkelanjutan.”

 Metrik ini membantu menilai keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang, karena kesuksesan sejati bukan hanya soal uang, tapi juga dampak sosial dan lingkungan yang diciptakan.


10. Adaptasi dan Iterasi

Dalam proses menyusun ketiga tugas mandiri, ide awal sering kali harus disesuaikan setelah melihat data lapangan. Misalnya, awalnya fokus pada masalah lift kampus, tapi setelah observasi, ternyata masalah utama yang paling mendesak adalah akses makanan dan waktu istirahat.

Proses iterasi dilakukan dengan cara mengevaluasi kembali asumsi awal berdasarkan data nyata dan memperbaiki rencana bisnis agar lebih realistis.

Pendekatan lain startup diterapkan dengan langkah:

a. Build: membuat konsep awal vending machine.

b. Measure: melakukan uji coba di satu gedung dan mengukur respons mahasiswa.

c. Learn: mengevaluasi hasil, lalu memperbaiki fitur atau sistem yang kurang efektif.

 Dengan pola ini, bisnis bisa berkembang lebih fleksibel, efisien, dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna sebenarnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Inklusif: Peran Kewirausahaan dalam Pemerataan Pendapatan

Analisis Studi Kasus Kegagalan dan Keberhasilan Wirausaha dari Perspektif Motivasi dan Etika

Dari Masalah Menjadi Peluang: Inovasi Mahasiswa Melalui Obsevasi